Ketika Masa Kecil Tak Lagi Sama,Dulu Main Karet, Sekarang Scroll TikTok

Aku sering kali duduk diam sambil mengingat masa kecilku. Rasanya seperti menonton film lama yang tak pernah bosan diputar ulang. Waktu itu, dunia terasa luas walau hanya sebatas gang sempit di depan rumah. Hari-hari diisi dengan suara tawa, keringat, dan teriakan penuh semangat. Pagi sampai sore kami habiskan di luar rumah. Main kelereng, layang-layang, petak umpet, atau main masak-masakan pakai daun jambu dan batu kecil.Kalau boleh memilih kenangan masa kecil yang paling lekat di hati, salah satunya pasti saat main karet waktu SD. Bukan karet penghapus, ya tapi gelang-gelang karet warna-warni yang disambung panjang, lalu jadi alat permainan paling seru sedunia. Siapa sangka, barang sesederhana itu bisa bikin hati anak-anak kecil ceria.

Sumber:compas.com.Penemuan Yang Mengubah Dunia:Karet Gelang Dari Pengikat Kertas Jadi Permainan

        Setiap pulang sekolah, kami anak-anak perempuan, kadang juga anak laki-laki yang iseng langsung copot sepatu, taruh tas di bangku kelas atau pojokan kantin, lalu mulai acara utama: main karet. Biasanya dimainkan bertiga. Dua orang jadi penyangga, berdiri berhadapan sambil mengaitkan karet di kaki, dan satu orang yang jadi pemain akan melompati berbagai tingkat ketinggian.Level-nya banyak. Dari mulai lutut, pinggang, dada, sampai yang paling legendaris: telinga. Kalau sudah sampai level "telinga", bukan cuma teknik lompat yang diuji, tapi juga keberanian, keseimbangan, dan kadang keberuntungan. Ada saja yang jatuh terguling, nyangkut, atau kakinya malah masuk ke sela karet dan bikin semua tertawa keras-keras.

Kalau hujan, bukan malah sedih, justru senang. Kami akan berlarian tanpa alas kaki, membiarkan baju basah dan kaki becek. Kadang membuat perahu dari kertas, lalu berlomba siapa yang paling jauh mengalir di selokan. Pulang-pulang dimarahi ibu karena kotor, tapi besok tetap mengulang hal yang sama. Rasanya hidup begitu bebas dan penuh warna, walau tak ada teknologi yang canggih. HP? Mainan elektronik? Jangankan itu, punya gundu warna-warni saja sudah bangga.

Tapi sekarang, pemandangan itu nyaris hilang. Anak-anak zaman sekarang lebih banyak berada di dalam rumah, sibuk dengan gawai mereka. Mereka bermain lewat layar game online, TikTok, YouTube. Mereka mungkin tahu cara edit video, tapi tak kenal lagi rasa kotor karena main tanah. Mereka bisa menjawab soal matematika pakai aplikasi, tapi lupa rasanya deg-degan saat main petak umpet takut ketahuan.

Kadang aku bertanya-tanya, apakah mereka bahagia seperti kami dulu? Apakah tawa mereka senyata tawa kami yang polos dan lepas di sore hari?

Aku tidak menyalahkan zaman.Dunia memang terus berubah, dan anak-anak hari ini tumbuh di era yang berbeda. Mereka punya kecanggihan teknologi, akses informasi, dan cara bersenang-senang yang baru. Tapi tetap saja, ada rasa rindu yang sulit dijelaskan. Rindu akan masa di mana kita tak peduli penampilan, tak mengenal "follower", dan hanya peduli siapa yang menang saat main lompat karet.Dulu, teman sejati itu nyata yang mau berbagi permen dua biji, yang bantu cari gundu hilang di rumput, yang duduk bareng di teras sambil makan es mambo. Sekarang, banyak yang lebih kenal teman di layar daripada di depan rumah.

Mungkin karena itu, aku ingin anak-anak hari ini sesekali merasakan apa yang dulu kami alami. Bukan untuk memaksa mereka kembali ke masa lalu, tapi agar mereka tahu bahwa kebahagiaan tak harus selalu bersinar dari layar. Bahwa kadang, yang paling berharga adalah momen sederhana yang kita jalani bersama orang-orang terdekat.

Dan untuk kita yang tumbuh di masa itu masa ketika tertawa tak butuh filter, dan bahagia tak butuh sinyal mari simpan kenangan itu erat-erat. Karena di tengah cepatnya dunia bergerak hari ini, masa kecil kita adalah harta yang tak tergantikan.
Aku tahu dunia berubah. Tapi tetap saja, ada harapan kecil dalam diriku: semoga suatu hari nanti, anak-anakku atau siapa pun generasi setelah ini bisa merasakan serunya main karet. Bukan hanya supaya mereka aktif bergerak, tapi juga supaya mereka tahu bahwa kebahagiaan kadang bisa datang dari hal-hal yang sangat sederhana.

Karet gelang. Tawa riuh. Teman yang tulus. Dan kenangan yang tak lekang oleh waktu.

Komentar