GIZI ORANG LAIN DIPIKIRKAN, GIZI SENDIRI DITINGGALKAN. GIZI ATAU TUGAS KULIAH, MANA YANG LEBIH DULU DI PRIORITASKAN?
Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kesibukan akademik, khususnya menjelang akhir semester, memengaruhi pola makan mahasiswa Program Studi Gizi di Universitas Teuku Umar. Saya ingin memahami bagaimana mahasiswa menyiasati waktu makan mereka di tengah padatnya jadwal perkuliahan, serta jenis makanan apa yang umumnya mereka konsumsi dalam kondisi tertekan. Selain itu, observasi ini juga bertujuan untuk melihat apakah mahasiswa tetap memperhatikan prinsip-prinsip gizi seimbang dalam pola makan sehari-hari, meskipun mereka berada dalam tekanan akademik. Dengan begitu, saya berharap dapat menggambarkan secara sederhana hubungan antara beban studi dan perilaku makan mahasiswa, khususnya dari sudut pandang mereka sendiri sebagai calon ahli gizi.
Dalam pelaksanaan observasi ini, saya melakukan pendekatan informal kepada beberapa teman seangkatan di Program Studi Gizi Universitas Teuku Umar yang sedang menjalani masa sibuk menjelang akhir semester. Saya memilih lima mahasiswa sebagai responden, dengan kriteria bahwa mereka aktif mengikuti kegiatan akademik seperti praktikum, penyusunan laporan, serta menghadapi jadwal UAS yang padat. Wawancara dilakukan secara santai dan tidak terstruktur secara kaku, baik melalui percakapan langsung di kampus maupun melalui pesan daring, dengan tujuan agar responden merasa nyaman dalam berbagi pengalaman pribadi mereka terkait pola makan sehari-hari.
Saya memulai dengan pertanyaan umum seputar kebiasaan makan mereka saat masa sibuk, lalu mengembangkan pertanyaan berdasarkan jawaban yang diberikan. Beberapa aspek yang saya telusuri antara lain frekuensi makan dalam sehari, jenis makanan yang dikonsumsi, alasan pemilihan makanan tersebut, serta apakah mereka merasa pola makan mereka berubah dibandingkan dengan masa perkuliahan yang lebih santai. Saya juga memperhatikan respons emosional responden, seperti ekspresi stres, kelelahan, atau rasa bersalah karena melewatkan waktu makan, yang mencerminkan adanya tekanan akademik yang signifikan.
Dari interaksi tersebut, saya mendapatkan gambaran yang lebih nyata dan mendalam mengenai bagaimana kesibukan akademik berdampak langsung terhadap perilaku makan mahasiswa. Tidak sedikit dari mereka yang menyatakan bahwa waktu makan menjadi hal yang sering dikorbankan demi menyelesaikan tugas tepat waktu atau mempersiapkan ujian. Bahkan, ada yang mengaku hanya makan sekali sehari atau mengganti makanan utama dengan camilan manis atau minuman berkafein agar tetap terjaga dan fokus.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang saya lakukan terhadap lima mahasiswa Program Studi Gizi di Universitas Teuku Umar, dapat disimpulkan bahwa tekanan akademik yang tinggi selama masa UAS dan penyelesaian tugas akhir semester berdampak nyata pada pola makan mereka. Sebagian besar responden mengaku mengalami penurunan frekuensi makan, memilih makanan cepat saji atau camilan instan sebagai alternatif makan utama, serta mengabaikan kebutuhan gizi seimbang demi efisiensi waktu. Bahkan, beberapa dari mereka menyatakan mengalami gangguan pencernaan ringan seperti maag atau kelelahan akibat kurangnya asupan makanan bergizi.
Temuan ini cukup ironis mengingat responden merupakan mahasiswa gizi yang seharusnya memiliki pemahaman yang baik mengenai pentingnya pola makan sehat. Namun, hal ini justru menegaskan bahwa pengetahuan gizi saja tidak selalu menjamin perilaku makan yang sehat, terutama ketika tekanan akademik menjadi faktor dominan. Observasi ini membuka wawasan bahwa dibutuhkan strategi manajemen waktu dan kesadaran diri yang lebih kuat agar mahasiswa tetap dapat menjaga pola makan seimbang di tengah kesibukan.
Sebagai refleksi, penting bagi institusi pendidikan, khususnya program studi yang berkaitan dengan kesehatan, untuk tidak hanya menekankan aspek teoritis semata, tetapi juga memberikan ruang diskusi atau edukasi praktis mengenai penerapan gizi dalam kehidupan mahasiswa sehari-hari, termasuk saat menghadapi masa-masa penuh tekanan seperti akhir semester.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSebenernya wajar banget kalau mahasiswa kadang makan nggak teratur karena sibuk kuliah, tugas, atau kegiatan lain. Tapi tetap keren sih, soalnya banyak juga yang udah mulai nyoba makan lebih sehat meski waktunya mepet. Usaha kayak gitu patut didukung, karena penting banget jaga kesehatan biar tetap kuat jalanin aktivitas. Yang penting pelan-pelan, mulai sadar soal gizi dan cari cara makan sehat yang cocok sama rutinitas mereka.
BalasHapusMantap! Topik yang sering kejadian tapi jarang dibahas. Dukung banget mahasiswa lebih peduli sama asupan gizi harian.
BalasHapusCocok buat diingetin. Soalnya kadang kita terlalu sibuk sampe lupa tubuh juga butuh “bensin” yang bagus.
BalasHapus